Senin, 01 Oktober 2012

Kolelitiasis



KOLELITIASIS

A. Pengertian
            Sinonimnya adalah batu empedu, gallstones, biliary calculus. Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu di dalam kandung empedu. Batu kandung empedu merupakan gabungan suatu material mirip batu (unsure-unsur padat) yang terbentuk di dalam kandung empedu.
            Batu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidensnya semakin sering pada individu berusia di atas 40 tahun.

B. Klasifikasi
            Menurut gambaran makroskopis dan komposisi kimianya, batu empedu digolongkan atas 3 golongan yaitu:
1. Batu kolesterol
            Berbentuk oval, multifokal atau mulberry dan mengandung lebih dari 70% kolesterol. Kolesterol merupakan unsure normal pembentuk empedu yang bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam ampedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati. Keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan berbentuk batu.
            Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu. Jumlah wanita yang menderita batu kolesterol empat kali lebih banyak daripada laki-laki. Biasanya wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun dan obesitas.
2. Batu pigmen empedu
            Batu ini mengandung kadar kolesterol 25%, tidak banyak bervariasi, sering ditemukan berbentuk tidak teratur, kecil-kecil, dapat berjumlah banyak, warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam dan berbentuk seperti lumpur atau tanah yang rapuh. Batu ini sering ditemukan dalam ukuran besar oleh karena batu kecil ini bersatu.
3. Batu campuran
            Merupakan kombinasi antara batu kolesterol dan batu kalsium bilirubinat.

C. Etiologi
            Secara pasti penyebab dari batu empedu belum dapat diketahui secara pasti, namun beberapa pendapat mengemukakan bahwa factor kolesterol berpengaruh dalam pembentukan batu empedu. Beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya batu empedu yaitu: obesitas, diabetes mellitus, kolesistitis dan genetic.

D. Faktor resiko
a. Jenis kelamin
            Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormone estrogen yang berpengaruh terhadap peningkatan ekresi kolesterol oleh kandung empedu. Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon (estrogen) juga dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
            Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan Orang yang usia lebih muda.
c. Berat badan (BMI).
            Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih tinggi untuk terkena kolelitiasis. Semakin tinggi BMI, semakin tinggi pula kadar kolesterol dalam kandung empedu dan akan mengurangi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan kandung empedu.
d. Makanan
            Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti setelah operasi gastrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsure kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung empedu.
e. Riwayat keluarga
            Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga.
f. Aktivitas fisik
            Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya kolelitiasis. Hal ini disebabkan oleh kandung empedu lebih sedikit berkontraksi.
g. Penyakit usus halus.
            Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma dan ileus paralitik.
h. Nutrisi intravena jangka lama
            Nutrisi intavena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/nutrisi yang melewati intestinal, sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam kandung empedu.

E. Tanda dan gejala
            Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua jenis gejala: gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bisa bersifat akut atau kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen dapat terjadi. Gangguan ini dapat terjadi setelah individu mengkonsumsi makanan yang berlemak atau yang digoreng. Gejala yang dapat timbul antara lain:
a. Rasa nyeri dan kolik bilier (nyeri hilang timbul)
            Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan. Rasa nyeri ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah makan makanan dalam porsi besar. Pasien akan membolak-balik tubuhnya dengan gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang nyaman baginya. Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten.
            Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta Sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan menghambat pengembangan rongga dada.
            Nyeri pada kolelitiasis akut dapat berlangsung sangat hebat sehingga diperlukan preparat analgesic yang kuat seperti meperidin. Pemberian morfin dianggap dapat meningkatkan spasme sfingter oddi sehingga perlu dihindari.
b. Ikterus
            Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai gejala gatal-gatal yang mencolok pada kulit.
c. Perubahan warna urine dan feses
            Ekresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna sangat gelap. Feses tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasanya pekat yang disebut “clay-colored”.
d. Defisiensi vitamin
            Obtruksi aliran empedu juga mengganggu absorpsi vitamin A, D, E dan K yang larut dalam lemak. Karena itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defisiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan lama. Defisiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal

F. Penatalaksanaan
            Jika tidak ditemukan gejala, maka tidak perlu dilakukan pengobatan. Nyeri yang hilang timbul bisa dihindari atau dikurangi dengan menghindari atau mengurangi makanan berlemak. Penatalaksanaan pada penderita kolelitiasis dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
a. Konservatif (non bedah)
- diet rendah lemak
- obat-obat antikolinergik-antispasmodik
- analgesic
- antibiotic, bila disertai kolesistitis.
- asam empedu (asam kenodeoksikolat) 6,75-4,5 g/hr, diberikan dalam waktu yang lama.
            Dikatakan dapat menghilangkan batu empedu, terutama batu kolesterol. Asam ini mengubah empedu yang mengandung banyak kolesterol (lithogenic bile) menjadi empedu dengan komposisi normal. Dapat juga untuk pencegahan, namun efek toksiknya banyak, kadang-kadang diare.
-    Lisis batu : pelarutan batu dengan menggunakan metal-butil-eter
-    Litotripsi : pemecahan batu empedu dengan gelombang kejut dari perangkat elektomagnetik yaitu ESWL (Extracorporal Shock-Wave Lithotripsy).
-    Pengobatan endoskopi.
b. Bedah
- Kolesistektomi
            Jika batu kandung empedu menyebabkan serangan nyeri berulang meskipun telah dilakukan perubahan pola makan, maka dianjurkan untuk menjalani pengangkatan kandung empedu. Dengan kolesistektomi, pasien tetap dapat hidup normal, makan seperti biasa. Umumnya dilakukan pada pasien dengan kolik bilier atau diabetes.
            Kolesistektomi dapat dilakukan secara operatif maupun laparoskopik.
1. Kolesistektomi terbuka (operatif)
            Operasi ini merupakan standar terbaik untuk penanganan pasien dengan kolelitiasis simtomatik. Komplikasi yang paling bermakna yang dapat terjadi adalah cedera duktus biliaris yang terjadi pada 0,2% pasien. Angka mortalitas yang dilaporkan untuk prosedur ini kurang dari 0,5%. Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren, diikuti oleh kolesistitis akut.
2. Kolesistektomi laparaskopi
            Indikasi awal hanya pasien dengan kolelitiasis simtomatik tanpa adanya kolesistitis akut. Dengan kolesistektomi laparoskopi, kandung empedu diangkat melalui selang yang dimasukkan lewat sayatan kecil di dinding perut. Jenis pembedahan ini memiliki keuntungan :
- mengurangi rasa tidak nyaman pasca pembedahan
- memperpendek masa perawatan di rumah sakit.

G. Komplikasi
- Kolesistitis akut
- kolesistitis kronik
- koledukolitiasis
- pankreatitis
- kolangitis
- abses hati
- sirosis bilier
- empiema
- ikterus obstruktif


H. Patofisiologi Kolelitiasis














 





























DAFTAR PUSTAKA


Scanion, Valerie C & Tina sanders. 2002. Buku Ajar Anatomi & fisiologi Edisi 3. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta: EGC.

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.

Long, Barbara C. 1996. Keperawatan Medikal Bedah. Bandung: Yayasan  IAPK.

Sylvia Anderson Price, Lorraine Mc Carty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI.